Tragedi Lion Air JT 610 yang jatuh 13 menit setelah take-off memberikan duka yang mendalam. Hingga saat ini dipastikan tidak ada satupun dari 189 penumpang yang selamat. Belum lagi belakangan diketahui ada pula salah satu petugas evakuasi yang juga meregang nyawa.
Tragedi ini tidak hanya menimbulkan duka, namun juga berbagai pertanyaan yang belum bisa dijawab. Kenapa pesawat yang katanya baru tersebut mengalami nasib naas? Apa penyebab pesawat tersebut terjatuh padahal baru beberapa menit lepas landas? Bagaimana dengan kotak hitam, cukupkah menjawab sekelumit pertanyaan soal kecelakaan tersebut?
Apakah kejadian tersebut adalah kehendak sang khalik?
Tentu saja jawaban dari semua itu kita serahkan kepada yang maha kuasa, namun dibalik itu kita, sebagai masyarakat, tetap saja tidak lepas dari tanda tanya soal misteri Lion Air JT 610.
Terutama untuk mereka yang menjadi korban. Keluarga, kerabat, pacar, rekan kerja, mereka bertanya-tanya kenapa orang-orang yang mereka cintai yang harus menjadi korban? Padahal, dibalik kematian mereka ada beberapa orang yang beruntung karena selamat dari ajal.
Salah satunya adalah Sony Setiawan, seorang penumpang yang tak jadi berangkat karena terlambat tiba di bandara. Dia tiba pukul 06.20, pada hal pesawat terbang pukul 06.10. Sony bercerita dia terlambat karena terjebak kemacetan lalulintas yang luar biasa di Tol Cikampek menuju Jakarta dan Bandara.
Padahal dia akan terbang dengan pesawat ini bersama dengan teman-temannya dari satu kantor.
Sony adalah pelanggan setia Lion Air. Setiap Senin dia bepergian dengan maskapai tersebut. Dan entah kenapa baru kali itu dia mengalami kemacetan yang sangat sehingga terlambat. Namun setelah mendengar kabar bahwa pesawat mengalami kecelakaan, dan beberapa rekan kerjanya menjadi korban, Sony kemudian memiliki pemikiran yang berbeda.
Sony akhirnya tetap terbang dengan menggunakan pesawat lain, dan tiba di tujuan dengan selamat.
Malam hari sebelum berangkat, entah kenapa, Soni melakukan hal yang tak biasa yaitu mencetak boarding pass secara online. Namun dibalik hal itu dia merasakan dirinya sangat malas untuk berangkat dan merasa bahwa dirinya akan terlambat. Dan betul saja, Soni memang terlambat.
Macet juga menjadi berkah untuk calon penumpang lain bernama Saiful Rahman. Dia juga terjebak, di tol daerah Karawang sebelum menuju bandara. Dan dia mengambil keputusan untuk naik Speedboat saja dari Dermaga Benteng Kuto Besak, Palembang menuju Pulau Bangka.
Rahman yang warga Palembang ini sangat bersyukur karena luput dari kejatuhan pesawat Lion ini. Rahman berangkat dari Bandung menggunakan bus. Setidaknya dia harus menghabiskan 4 jam di sekitar kemacetan. Penumpang lain di dalam bus menggerutu, banyak diantaranya yang dipastikan kerja dengan terlambat.
Namun lagi-lagi kemacetan ternyata membuat Rahman selamat dari peristiwa Lion Air.
Kemudian ada nama Krisna Wijaya, yang tak jadi berangkat karena mengundurkan diri dari tugas. Akhirnya dia digantikan penumpang lain untuk berangkat. Krisna berkisah, 5 hari sebelum berangkat mendadak mengalami sakit, sekujur badannya panas dan pegal-pegal. Dia baru kembali dari Riau dan disana semua keluarganya pada sakit yang sama.
Dan Krisna memahami sebagai pertanda tidak disetuji keberangkatannya oleh keluarganya, dan bahkan dia tidak saja tidak berangkat ke Pangkalpinang tetapi keluar dari perusahaan tempat kerjanya.
Krisna memang selamat, namun dia tidak kuasa merasakan rasa sedih karena rekan yang menggantikan posisinya harus meninggal dunia.
Sony, Rahman dan Krisna adalah sosok yang lebih beruntung dibanding 189 orang plus satu orang yang tewas dalam insiden tersebut. Ketiganya 'diselamatkan' oleh kondisi yang menyebabkan mereka tidak jadi berangkat. Dan tentunya mereka punya alasan untuk tidak berangkat.
Insiden Lion Air memberikan pelajaran tersendiri kepada kita sebagai insan manusia. Bagaimanapun, siapapun tidak bisa menolak takdir dari Sang Maha Pencipta. Dibalik kematian seseorang akan ada mereka yang jauh lebih beruntung, seperti diselamatkan dengan berbagai alasan.
Namun bagaimanapun bukan lantas manusia hanya bisa pasrah dengan kehendak tuhan. Semua pihak dalam hal ini harus berusaha memperkecil kemungkinan agar semua kejadian yang tidak diinginkan terjadi lagi. Tugas kita adalah berjaga-jaga, diiringi rasa syukur sambil terus mengimani Sang Khalik.
Tanpa mengesampingkan kenyataan bahwa ada sesuatu yang 'salah' dalam insiden Lion Air kesekian kalinya ini.
Baca sumbernya
Komentar
Posting Komentar